Masa muda mencari jati diri?
22 Januari 2012
Oleh : Isnaeni Fajrin
Berangkat dari berbagai macam anggapan bahwa “muda hura-hura, tua poya-poya, dan mati masuk syurga”. Semuanya terdengar sangat menyenangkan dan hidup pun begitu sederhana, tetapi layaknya instansi pendidikan dalam prosesnya banyak hal yang perlu kita pelajari yang tentunya tidak terlepas dari keanekaragaman masalah dan diakhirnya harus ada evaluasi untuk meninjau sejauh mana tujuan tercapai sehingga layak atau tidakkah naik ke tingkat selanjutnya. Masalah yang serupa pun tentunya ada dalam proses hidup kita, aturanlah yang akan membimbing kita untuk keluar dari masalah. Islam tentunya lahir bersama dengan aturan yang harus dijadikan pedoman dalam berperilaku. Semua aspek kehidupan dibahas didalamnya, ia bisa menjadi petunjuk dan cahaya bagi orang-orang yang beriman yang tidak beriman ke laut saja (hehe). Dialah Al-qur’an dimulai dari mempelajari, memahami sampai mengamalkan perlakuan yang tepat untuk dirinya agar kegunaanya pun bisa menjadi optimal.
Masa remaja yang luar biasa, ia bukan masa kanak-kanak namun ia pun belum dewasa banyak sekali masalah yang akan menghampirinya. Jika tidak segera ditangani merupakan salah satu factor hancurnya sebuah Negara. Misalnya remaja mulai merasakan getaran yang tak biasa sesaat setelah bertemu dengan lawan jenisnya, apa yang harus di perbuat? Memfasilitasinya dengan memberikan handphone? Memotivasinya dengan ucapan “gak apa-apa pacaran asal pacarannya yang sehat, bisa memotivasi untuk giat belajar!”?, atau dengan menyuguhkan tontonan-tontonan “nikmatnya pacaran sebelum nikah?”, atau dengan menggunakan metode pembelajaran yang memberikan celah persahabatan yang tak biasa?.
Itulah sebabnya manusia dibagi menjadi tiga masa, masa kanak-kanak, masa muda/remaja, dan masa tua dengan salah satu tujuan agar kita bisa mengatur strategi yang tepat dalam pembinaannya. Masa kanak-kanak adalah pondasi dari suatu bangunan, ia dikatakan golden age (usia keemasan) yang sangat tepat untuk menanamkan kebiasaan baik dalam hal psikomotor, afektif, ataupun kognitif. Barulah setelah ia terjun keluar ia mamanfaatkan yang ia dapatkan dimasa kanak-kanaknya, adapun hal yang belum ia pahami dalam masa ini barulah dalam rangka memperkuat agar kebiasaan yang telah didapat dan dilakukannya menjadi karakter itulah yang disebut masa remaja. Dan masa tua adalah masa menikmati yang telah ia bangun di dua masa sebelumnya, ia hanya berfungsi sebagai atap yang merasakan nyamannya keteduhan dari usahanya terdahulu.
Masih ingatkah lagu dari group nasyid Raihan yang berjudul “demi masa”? seperti inilah liriknya:
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh
Haaaa..haaaa…haaaaaaaaa
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasihat kepada kebenaran dan kesabaran
Haaa…haaaa…haaaaaaaaa
Gunakan kesempatan yang masih diberi, moga kita takan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan karena ia takkan kembali
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Hadist pun berbicara hal yang sama
“tidaklah kedua kaki manusia tergelincir kelak di hari kiamat, sampai ditanyakan empat aspek; tentang umurnya, untuk apa sajakah dia habiskan; tentang masa mudanya, dalam apa sajakah masa muda itu dihancurkan; tentang hartanya, dari mana dia didapat dan dibelanjakan untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan dengannya.” (HR. al-Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang sahih dan naskah ini adalah miliknya).
“Allah SWT., Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kalian sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali).” (QS. Ar-Rum: 54)
Inilah yang menjadi kenyataan dari anggapan klasik “masa muda adalah masa mencari jati diri” yang racunnya telah menelan banyak korban “coba-coba”. Coba sana coba sini, mencari jati diri bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, bukan menemukan yang ada badan gatal-gatal, bisa jadi digigit ular (hehe). Padahal yang namanya jati diri sebelum manusia lahir kedunipun sudah ada dan jelas tidak perlu dicari lagi keberadaannya. Buktinya termaktub dalam Qs. Sad: 72-76 yang berartikan “Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh(ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”lalu para malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir. Allah berfirman , ”wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang lebih tinggi?” (iblis) berkata, “aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Dari ayat tersebut jati diri manusia adalah ruh yang dengannya malaikat pun bersedia untuk bersujud. Jadi bukan lagi waktunya mencari melainkan waktunya untuk memelihara jati diri. Bukan mencoba-coba narkoba (narik kolor bapak) hehe, pacaran, membuka aurat, merokok, memporak-porandakan gaya berpakain/ucapan. Tetapi menjaga kesehatan ruh, pepatah mengatakan “dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang kuat” sehatkan dahulu ruh, fisik insyaallah akan ikut sehat.