Minggu, 26 Februari 2012

Jangan banyak MIKIR...!!!


Masa muda mencari jati diri?
22 Januari 2012
Oleh : Isnaeni Fajrin
Berangkat dari berbagai macam anggapan bahwa “muda hura-hura, tua poya-poya, dan mati masuk syurga”. Semuanya terdengar sangat menyenangkan dan hidup pun begitu sederhana, tetapi layaknya instansi pendidikan dalam prosesnya banyak hal yang perlu kita pelajari yang tentunya tidak terlepas dari keanekaragaman masalah dan diakhirnya harus ada evaluasi untuk meninjau sejauh mana tujuan tercapai sehingga layak atau tidakkah naik ke tingkat selanjutnya. Masalah yang serupa pun tentunya ada dalam proses hidup kita, aturanlah yang akan membimbing kita untuk keluar dari masalah. Islam tentunya lahir bersama dengan aturan yang harus dijadikan pedoman dalam berperilaku. Semua aspek kehidupan dibahas didalamnya, ia bisa menjadi petunjuk dan cahaya bagi orang-orang yang beriman yang tidak beriman ke laut saja (hehe). Dialah Al-qur’an dimulai dari mempelajari, memahami sampai mengamalkan perlakuan yang tepat untuk dirinya agar kegunaanya pun bisa menjadi optimal.
Masa remaja yang luar biasa, ia bukan masa kanak-kanak namun ia pun belum dewasa banyak sekali masalah yang akan menghampirinya. Jika tidak segera ditangani merupakan salah satu factor hancurnya sebuah Negara. Misalnya remaja mulai merasakan getaran yang tak biasa sesaat setelah bertemu dengan lawan jenisnya, apa yang harus di perbuat? Memfasilitasinya dengan memberikan handphone? Memotivasinya dengan ucapan “gak apa-apa pacaran asal pacarannya yang sehat, bisa memotivasi untuk giat belajar!”?, atau dengan menyuguhkan tontonan-tontonan “nikmatnya pacaran sebelum nikah?”, atau dengan menggunakan metode pembelajaran yang memberikan celah persahabatan yang tak biasa?.
 Itulah sebabnya manusia dibagi menjadi tiga masa, masa kanak-kanak, masa muda/remaja, dan masa tua dengan salah satu tujuan agar kita bisa mengatur  strategi yang tepat dalam pembinaannya. Masa kanak-kanak adalah pondasi dari suatu bangunan, ia dikatakan golden age (usia keemasan) yang sangat tepat untuk menanamkan kebiasaan baik  dalam hal psikomotor, afektif, ataupun kognitif. Barulah setelah ia terjun keluar ia mamanfaatkan yang ia dapatkan dimasa kanak-kanaknya, adapun hal yang belum ia pahami dalam masa ini barulah dalam rangka memperkuat agar kebiasaan yang telah didapat dan dilakukannya menjadi karakter itulah yang disebut masa remaja. Dan masa tua adalah masa menikmati yang telah ia bangun di dua masa sebelumnya, ia hanya berfungsi sebagai atap yang merasakan nyamannya keteduhan dari usahanya terdahulu.
Masih ingatkah lagu dari group nasyid Raihan yang berjudul “demi masa”? seperti inilah liriknya:
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh
Haaaa..haaaa…haaaaaaaaa
Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasihat kepada kebenaran dan kesabaran
Haaa…haaaa…haaaaaaaaa
Gunakan kesempatan yang masih diberi, moga kita takan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan karena ia takkan kembali
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Hadist pun berbicara hal yang sama
“tidaklah kedua kaki manusia tergelincir kelak di hari kiamat, sampai ditanyakan empat aspek; tentang umurnya, untuk apa sajakah dia habiskan; tentang masa mudanya, dalam apa sajakah masa muda itu dihancurkan; tentang hartanya, dari mana dia didapat dan dibelanjakan untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan dengannya.” (HR. al-Bazzar dan Thabrani dengan sanad yang sahih dan naskah ini adalah miliknya).
“Allah SWT., Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kalian sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali).” (QS. Ar-Rum: 54)
Inilah yang menjadi kenyataan dari anggapan klasik “masa muda adalah masa mencari jati diri” yang racunnya telah menelan banyak korban “coba-coba”. Coba sana coba sini, mencari jati diri bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, bukan menemukan yang ada badan gatal-gatal, bisa jadi digigit ular (hehe). Padahal yang namanya jati diri sebelum manusia lahir kedunipun sudah ada dan jelas tidak perlu dicari lagi keberadaannya. Buktinya termaktub dalam Qs. Sad: 72-76 yang berartikan “Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh(ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”lalu para malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir. Allah berfirman , ”wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang lebih tinggi?” (iblis) berkata, “aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Dari ayat tersebut jati diri manusia adalah ruh yang dengannya malaikat pun bersedia untuk bersujud. Jadi bukan lagi waktunya mencari melainkan waktunya untuk memelihara jati diri. Bukan mencoba-coba narkoba (narik kolor bapak) hehe, pacaran, membuka aurat, merokok, memporak-porandakan gaya berpakain/ucapan. Tetapi menjaga kesehatan ruh, pepatah mengatakan “dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang kuat” sehatkan dahulu ruh, fisik insyaallah akan ikut sehat.

kebenaran hanyalah milik Allah



Kambing Hitam
06 Februari 2012
Oleh: Isnaeni Fajrin
“Dan musibah apapun yang menimpamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak kesalahan-kesalahanmu.” (QS. 42:30)
Musibah adalah segala hal yang menimpa manusia yang berakibat tidak menyenangkan dan merugikan. Misalnya bencana alam, penipuan, penghinaan, pengkhianatan, perselingkuhan, nilai UAS kurang baik, acara yang diselenggarakan belum berhasil, kurangnya dana, HP rusak sampai kerugian dan ketidak nyamanan sekecil apapun. Hal semacam ini  merupakan sesuatu  yang kesalahannya tidak bisa dilontarkan kepada orang lain. Masih ingatkah dengan kisah disiksanya kaum Bani israil? Dalam sebuah hadist dikatakan:
“Dari ibnu mas’ud ra., Rosulullah SAW. Bersabda, “penyebab utama kehancuran bani israil adalah jika orang saleh diantara mereka bertemu dengan pelaku maksiat, ia berkata, “takutlah kamu kepada Allah, jangan berbuat begitu, karena hal itu tidak halal bagimu!” kemudian esoknya orang saleh itu bertemu kembali dengan orang itu dalam keadaan sama, tetapi ia tidak melarangnya bahkan orang saleh itu makan, minum, dan duduk bersamanya. Ketika mereka berbuat demikian, Allah swt. Menyatukan hati mereka (hatinya disamakan dengan pelaku maksiat tersebut). Kemudian Rasululloh saw. Membacakan ayat yang artinya, “telah dilaknat orang-orang kafir dari kaum Bani israil melalui lisan dawud dan isa putra maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling melarang kemunkaran yang mereka lakukan. Sungguh sangat buruk apa yang mereka lakukan itu. Engkau lihat kebanyakan dari mereka mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin. Sungguh amat buruk apa yang mereka sediakan bagi diri mereka, yaitu murka Allah ke atas mereka dan mereka kekal dalam adzab. Dan jika mereka beriman kepada Allah,kepada Nabi,dan apa-apa yang diturunkan kepadanya, tentu mereka tidak akan mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin.tapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” Kemudian Nabi saw. Bersabda, “ingatlah! Demi Allah, kalian harus mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan, cegahlah mereka yang berbuat zhalim dan serulan mereka kepada kebenaran yang hakiki.” (HR. Abu Dawud, Thirmidzi)
Dalam hadist tersebut Mereka bukannya tidak beramal shaleh namun mereka tidak mau melarang orang disekitarnya untuk tidak bermaksiat, jadi bukan kesalahan penuh orang yang  bermaksiat (karena orang bermaksiat sudah salah), kesalahan Bani Israil sendiri yang tidak mau menjalankan tugas seorang muslim yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Selain itu dalam al-qur’an juga termaktub:
“Keduanya berkata “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Ayat di atas merupakan do’a Nabi adam dan Siti hawa yang saat itu telah tergoda oleh bujuk rayu iblis untuk memakan buah khaldi yang didalam ayat sebelumnya Allah telah melarang mereka berdua untuk memakannya. Dalam kasus ini Nabi adam dan Siti hawa tidak saling menyalahkan ataupun menyalahkan iblis, tetapi yang dilakukan keduanya adalah bertobat dan menyadari bahwa hal itu terjadi adalah akibat dari kesalahan mereka masing-masing. Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa al-qur’an dan al-hadist telah mengajarkan kita untuk tidak menyalahkan siapapun ketika datangnya musibah.
Setiap manusia pasti mengalami dua fase dalam kehidupannya, yaitu kesenangan dan kesengsaraan (musibah). Kedua fase ini merupakan ujian yang pasti akan dijalaninya dalam rangka kenaikan pangkat iman, mampukah ia dalam menghadapinya ataukah ia terpuruk dalam lubang kenistaan? Untuk itu agar kita mampu naik kepada pangkat iman selanjutnya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapinya, salah satunya untuk menghadapi musibah, yaitu:
1.       Introspeksi / muhasabah / evaluasi dalam rangka mengambil hikmah, hal ini bisa diterapkan dalam berbagai kondisi baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, organisasi, dan Negara. Dalam rangka evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu kita hindari dan lakukan, diantaranya:
a.       Jika yang dievaluasi adalah diri sendiri, Jangan pernah menjudge diri karena dengan perbuatan seperti ini akan mengakibatkan frustasi bukannya memperbaiki diri;
b.       Jika yang dievaluasi adalah lingkup organisasi/keluarga (sekelompok manusia), jangan pernah misalnya mengatakan “saya kecewa” dan “kinerja anda tidak baik”, karena hal tersebut adalah salah satu factor pemicu permusuhan dan perasangka buruk antara anggota, bukannya memperbaiki melainkan menanamkan bibit permusuhan. Pada dasarnya setiap individu adalah uniq, meski sekalipun tugasnya sama mereka mempunyai cara tersendiri untuk menghadapinya dan hasil yang ditorehkannya pun akan berbeda, mereka mempunyai kreativitas masing-masing tidak berhak untuk dicerca, sekalipun ingin mengkritik hanya cocok dijadikan nasihat yang menentramkan dan caranya pun tidaklah dilakukan didepan umum selain memojokannya bisa pula membuat dirinya kecil baik untuk dirinya ataupun orang lain. Anas bin Malik r.a,. pelayan Nabi saw. Berkata, “aku melayani Rosulullah sepuluh tahun, dan beliau orang yang paling baik akhlaknya. Aku bersama beliau saat bepergian dan bermukim. Demi Allah, beliau tidak pernah mengomentari apa yang kulakukan: mengapa kau lakukan ini? Beliau tidak pernah mencercaku, tidak pernah memukulku, tidak pernah menghardiku, dan tidak pernah bermuka masam didepanku………(HR. ahmad) dalam buku (100 tokoh zuhud, Muhamad shiddiq al-Minsyawi hal. 11);
c.       Yang harus dimusyawarahkan atau direnungkan dalam evaluasi adalah hikmah apa yang bisa diambil dari kegiatan dan alternative solusi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi;
2.       Bertobatlah.
            Dimulai dari sekarang juga bersyukurlah atas musibah yang kita dapatkan, dengan cara seperti itu kita akan belajar untuk tidak mengambing hitamkan orang lain (karena manusia bukan kambing, dan cukuplah kambing hitam itu hanya ada dalam dunia perkambingan), dan hidup semakin tenang, tentram serta terhindar dari kecewa dan penyesalan.

Kamis, 22 Desember 2011

kalimat motivasi


“Menyalurkan cinta teramat mudah, namun untuk menjaga kesuciannya lebih sulit daripada menjaga perhiasan yang di incar pencuri”.
“menyedihkan jika manusia bergantung kepada manusia. Sama-sama Mahluk lemah yang tak bisa memberi apapun, akhirnya sama-sama menjadi mahluk yang paling menderita”.
“kemarahan bisa menutup sisi baik dari suatu hal, tenangkanlah diri barulah kau akan melihat sisi baiknya”.
“hidup itu menyenangkan bila menerima kebaikan, namun sangat menyenangkan jika anda mampu memberikan kebaikan”.
“cintai orang disekitarmu dengan ketulusan hati, tanpa berkata diapun akan kembali mencintai anda. Yakinkan itu”.
“aku selalu membuka mata, aku selalu membuka telinga, dan yang terpenting aku selalu membuka hati bagi siapa saja yang akan menjadi pendampingku”

Rabu, 21 Desember 2011

Renungan


Tindakan adalah Segalanya untuk Memulai Perubahan

Robb…jika ku salami hidup yang berwarna dengan keanekaragaman yang tak bisa aku tebak, selalu saja menyimpan sebuah misteri. Misteri yang pasti muncul diharapkan atau tidak, itulah ketakutan yang membuat duniaku kelabu. Robb air mata ketakutan akan kehidupan yang sebenarnya mulai menghiasi hari-hariku. Bukan hanya untukku melainkan buat ayahanda dan ibunda yang semakin lanjut usia dalam pangkuanku. Menatapnya adalah menatap pertanggung jawaban, bukan karena aku yang terlalu muda,melainkan sebuah ketegangan ibaratnya menjalani waktu tambahan dari-Mu. Wallahu’alam
Robb bagiku kaum muda tak ada pilihan dimana pun itu. Dunia tak seindah yang ku bayangkan akhirat pun misteri, tak ada pilihan untuk berusaha menjadi yang terbaik untuk keduanya. Tapi nyatanya tak semudah yang ku bayangkan,,,bisa karena aku dalam keadaan lapang dikala sempit mengingatmu lebih irit. Kadang aku marah dengan keadaan diri yang gelisah dengan hal yang pasti, yah itulah kematian dan semua takdir-Mu.
 Robb Berdosanya aku yang sering tak bersyukur dalam menjalani hidup? Kesadaran semacam apa yang harus kudapati untuk merubahnya? Hidayahkah jawabannya?? Masihkah hidayah datang begitu saja atau ia berada bersama tindakan?? Jika tindakan adalah hidayah berarti akulah satu-satunya tokoh yang harus dipersalahkan, seorang yang menginginkankan bahagia namun ia tak pernah mau bertindak. Hanya melihat dan sebatas berciti-cita, tak mau mendaftar menjadi peserta hanya menonton dan cukup mengagumi. Lantas siapa yang salah? Salah piala yang memilih pemenang atau pemenang yang harus berlomba untuk mendapat piala kemenangan? Tentunya aku tersadar dan harus mulai mencoba untuk memahami bahwa sama halnya syurga/neraka ada dalam genggaman hati, hatilah yang menentukan. Hati seperti apa yang cocok untuk memenangkan piala kehormatan,,,?”tidak akan masuk neraka orang yang di dalam hatinya ada sedikit keimanan”(Alhadist) jawaban yang sepintas membuatku tenang, tapi aku masih belum mengerti keimanan yang sedikit itu perlu amal sebanyak apa? Balance iman dan amal atau sebaliknya? Muncul pertanyaan ”apakah amal yang menentukan iman? Tentunya amal memancing iman, iman adalah rahmat. Amal bukan segala-galanya, namun tak ada segala-galanya tanpa amal. Ingin tak ingin beramal jangan menunggu ingin baru kita beramal. Untuk mendapatkan sesuatu keajaiban kita mulai paksakan dengan mulai sekarang juga bangkit beramal.